Hipnoterapi dan Porsi Kucing

Pada terapi ke-4 hari ini, ada sedikit perbedaan dari hari-hari sebelumnya.

Dimulai dari yang biasanya saya pergi sama kedua orangtua dengan mobil, hari ini saya cuma pergi berdua sama Bapak dengan sepeda motor.

Sebenernya saya sudah berprasangka dari rumah, dan ternyata benar saja, ban belakang motor bocor di tengah jalan. Apalagi kalau bukan karena bobot saya. πŸ˜† Walhasil saya dan Bapak memisahkan diri (kayak amoeba aja), sementara Bapak mencari tambal ban, saya meneruskan perjalanan yang udah gak jauh lagi dengan becak motor.

Lumayan juga, naik bentor bayar goceng, sampe dengan selamat walau si supir (baru ngaku pas udah jalan 😐 ) lupa dimana Jl. Tilak alias jalan yang saya tuju.

Hari ini di tempat pak Fudin nggak ada ‘penyiksaan’ seperti biasanya. Nggak ada akupuntur dan pijat refleksi yang menyakitkan, tapi hari ini adalah sesi hipnoterapi (sebenarnya lebih mirip meditasi). Saya disuruh duduk rileks, selonjoran di sebuah kursi panjang, lalu memfokuskan pikiran pada alur nafas.

Memang nggak semudah kelihatannya. Pikiran masih aja suka berkelana kemana-mana, tapi saya berusaha kembali fokus seperti yang diinstruksikan.

Di tengah ‘meditasi’ pak Fudin pasang musik yang membuat rileks, saya nggak tahu itu lagu apa tapi saya pengen minta seandainya hape saya ada bluetooth-nya. πŸ˜† Dan setelah sekitar 15-20 menit, saya baru boleh membuka mata.

Rasanya setelah melakukan fokus pernafasan saya memang merasa lebih enteng. Beliau suruh saya melakukan terapi ini di rumah dua kali sehari, pagi dan malam masing-masing 20 menit.

Sebelumnya dia juga ngasih (lebih tepatnya beli lagi) tongkat kecil buat refleksi di rumah dan sendal kayu refleksi.

Di akhir sesi pak Fudin kembali memberikan arahan-arahan psikologis untuk membantu saya menghalau pikiran-pikiran buruk dan negatif. Beliau berkata, “Perasaan-perasaan nggak enak itu jangan dilawan, tapi disadari, diterima dengan ikhlas dan dijadikan kawan. Jika ada pikiran-pikiran yang tidak bisa di-handle, serahkan aja sama Tuhan. Katakan pada diri sendiri ‘saya nggak bisa lagi terlalu banyak mikir, saya mau tenang.'”

Walau kelihatannya sederhana, tapi kata-kata beliau selalu berhasil memberikan sugesti positif bagi saya.

Terakhir, kembali ke soal pola makan. Sang sinshe menyuruh saya makan dengan porsi makan kucing. πŸ˜† Alias sedikiiit aja. Perbanyak makan sayur dan buah, kalopun makan daging cukup sedikit aja.

Kemudian beliau ngasih saya ramuan obat buat ngurusin badan. Hore.

Pelajaran yang bisa saya ambil hari ini cukup sederhana tapi sangat besar perannya. Masih menyambung pelajaran ikhlas yang beliau berikan pada pertemuan pertama, sekarang ‘PR’ saya adalah berusaha menerima segala perubahan dan gangguan dengan ‘sikap yang benar’.

It’s not easy, but that’s life.

Semoga memberikan inspirasi juga buat pembaca. Have a good life.

33 pemikiran pada “Hipnoterapi dan Porsi Kucing

  1. Kata-katanya Pak Fudin itu mengingatkan saya pada seseorang yang pernah berkata : “Jangan pernah melawan dirimu sendiri, apabila kamu tak mau kalah sebelum berperang. Dan banyaklah berserah diri pada Tuhan”.

    Hampir mirip, namun perbedaanya hanya terletak pada masalah pencarian “ketenangan dan semangat.”

    • saya rasa itu sejalan dengan apa dikatakan sinshe. apapun penyakit atau yang dicari seseorang semua itu berasal dari dan dimulai dengan membenahi pikiran. πŸ™‚

  2. Saya kebetulan salah satu orang yang percaya bahwa pikiran dan perasaan kita sangat mengendalikan kesehatan kita fisik kita. Dengan kemampuan Ilham mengendalikan pikiran dan perasaan ke arah yang positive dan menyenangkan, semoga kesehatan fisikpun akan Ilham sangat rasakan. .

    • kalo saya disuruh nafas biasa aja, cuma pikiran konsentrasi sama alur nafasnya. rasakan udara masuk, lalu keluar dari hidung. gitu aja. musiknya mungkin cuma penunjang kang, yang bernada lembut dan slow.

Tinggalkan Balasan ke SanG BaYAnG Batalkan balasan